Gegap Gempita Jatinangor di Malam Hari

21.53 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /


Jatinangor adalah sebuah kawasan yang berada di sebelah timur Kota Bandung. Hiruk pikuk berbagai macam aktivitas yang berbau kemahasiswaan terjadi disana di setiap pagi hingga siang. Namun bagaimanakah gambaran situasi kawasan tersebut pada malam hari?

Sebelumnya Jatinangor adalah sebuah kecamatan yang tepatnya berada di Kabupaten Sumedang. Nama Jatinangor sendiri sebenarnya berasal dari sebuah distrik perkebunan yang terletak di kaki gunung Manglayang, lalu blok tersebut dijakdikan sebuah komplek kawasan pendidikan. Beberapa perguruan tinggi yang mendominasi kawasan tersebut adalah Universitas Padjadjaran, Universitas Winaya Mukti, Institut Pemerintahan Dalam Negri (yang dulu bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negri), juga Istitut Koperasi Indonesia. Dimulai dengan berdirinya sekian banyak sarana pendidikan di sana, berdatanganlah berbagai orang yang bertitle kan mahasiswa berbondong-bondong dan mulai menyesaki wilayah tersebut.

Sebelumnya, bahkan hingga sekarang, Jatinangor sendiri masih terdaftar sebagai sebuah kecamatan yang bernama Cikeruh ( yang diambil dari nama sebuah sungai besar yang melintasi daerah tersebut). Kembali akibat pendirian bangunan-bangunan yang memberikan jasa pendidikan di sana, maka tak pelak ribuan pendatang menginvasi Jatinangor dengan kepentingan sebagai mahasiswa yang ingin menimba ilmu.

Kedatangan para mahasiswa ini tak luput berimbas pada keadaan fisik maupun sosial daerah tersebut. Dalam segala sudut, struktur asli Jatinangor mulai mengalami perubahan yang signifikan. Perlahan-lahan kebudayaan dan adat-istiadat Jatinangor mengalami pengikisan, yang secara disadari atau tidak membuat kawasan ini seolah menjadi sebuah wilayah transisi.

Kehadiran para pendatang ini menimbulkan gejojak baru dalam kehidupan penduduk asli Jatinangor. Keadaan situasi kecamatan tersebut yang tergolong sepi pada masanya, membuat para mahasiwa kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Secara naluriah ini menggerakkan masyarakat di daerah itu untuk membuat sebuah usaha yang sekiranya akan membuahkan keuntungan yang sangat menggiurkan.

Mulai dari penyediaan kos-kosan yang semakin menjamur, usaha tempat makan dan mencuci baju pun semakin diminati oleh para investor ataupun penduduk sekitar yang berjiwa bisnis. Seiring beranjaknya waktu, jumlah para pendatang yang terus meningkat membuat jumlah kebutuhan pun naik, sehingga beragam usaha hadir dalam rangka menyediakan segala kebutuhan para mahasiswa tersebut.

Tak pelak Jatinangor yang dahulu sepi kini berangsur-angsur menjadi ramai. Ditambah kehadiran sebuah pusat perbelanjaan yang bernama Jatinangor Town Square (Jatos) memberikan warna tersendiri bagi kehidupan penduduk Jatinangor, baik yang pendatang maupun penduduk asli.

Keadaan Jatinangor yang dahulu hanya menunjukkan hiruk pikuk kegiatannya pada siang hari dan berangsur sepi pada sore hari menjelang malam, kini menjadi semakin ramai pada malam hari. Banyaknya jasa yang di tawarkan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa, yang kebanyakan menghuni kawasan ini, juga munculnya sarana hiburan-hiburan yang kian variatif, semakin menambah semarak kehidupan malam Jatinangor.

Hal ini dibenarkan oleh Mery Sahrul, yang merupakan penduduk asli daerah Jatinangor dan juga seorang pengusaha fotokopi di sebelah gerbang Unpad. Ia telah berada dan berjualan di daerah ini sejak Jatinangor masih sepi dan belum banyak pendatang seperti sekarang. “Dulu sebelum ada Jatos, kalau sudah sehabis magrib Cuma sedikit yang masih kelihatan masih beraktivitas di jalanan. Kalau sekarang, semakin malam malah semakin ramai. Apalagi mereka kebanyakan kan tidak masak sendiri, jadi tempat-tempat makan, penuh kalau malam hari,” ucap Mery.

Ia juga mengakui bahwa di gerbang Unpad dari tahun ke tahun juga selalu di penuhi sekumpulan orang-orang yang kebanyakan sepertinya mahasiswa, duduk-duduk dan menghabiskan waktu untuk mengobrol atau sekedar bersenda gurau disana, bahkan terkadang hingga pagi.

Namun ditemui juga beberapa kondisi yang berbeda pada dua mahasiswa Unpad yang berasal dari Jakarta dan nge-kos di Jatinangor. Salah satunya adalah Prianto Anugrah Saputra, lelaki berusia 20 tahun ini, mengaku berasal dari Jakarta dan mengontrak di sebuah rumah daerah Sayang sejak setahun yang lalu.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad yang biasa di sapa Uta ini mengaku selalu mencari makan atau sekadar bermain bola bersama teman-teman di Jatinangor pada malam hari. Ia juga mengatakan bahwa harga yang terjangkau dan kepraktisan yang didapatkan membuatnya selalu membeli makanan di luar ketimbang memasak sendiri.

“Hampir setiap malam, saya pasti keluar kontrakan cari makan, sekalian main bola atau kumpul sama teman-teman,” sambung nya. Ketika di tanya alasannya mengapa pergi bermain pada malam hari, ia kembali berkata. “Kalau siang kan Jatinangor panasnya minta ampun, nah yang paling enak buat main itu ya malam-malam, kadang bisa sampai pagi malah,”.

Berbeda lagi dengan Ryan edwin Pratama, 21 tahun, yang ngekos di daerah cikuda. Ia mengaku tidak betah untuk berlama-lama di kosan terutama pada malam hari. Mulai dari futsal, nge-net, hingga sekadar ngumpul-ngumpul­ sembari mencari makan bersama teman-teman sekosan, menghadirkan sebuah makna tersendiri baginya.

“Kalau saya biasanya, baru malam hari cari makan keluar, kalau siang kebanyakan pesan yang ada jasa antarnya. Lagi pula kalau ga cari makan, ya pasti main bola atau sekedar main internet aja di warnet. Malah menurut saya Jatinangor lebih hidup kalau di malam hari.” Tambah pria yang biasa dipanggil Kiting ini.

Kini semakin terlihat jelas bahwa suasana malam-malam di Jatinangor semakin semarak setelah kedatangan para mahasiswa-mahasiswa ini, yang secara sadar atau tidak telah menggelorakan banyak perubahan disana. Dimulai dari banyaknya tempat-tempat makan atau restoran yang menyediakan berbagai macam makanan dari barat hingga timur, ditambah harga yang terjangkau. Juga sarana lain yang tidak ketinggalan menggiurkan, seperti bioskop dan tempat bermain bola indor, yang popular dengan nama futsal. Yang justru semakin malam malah semakin ramai.

Suatu peristiwa menarik lagi yang saya jumpai adalah padatnya tempat-tempat penyedia jasa permainan online, seperti RF atau pun counter strike. Walaupun malam semakin larut, tempat tersebut malah semakin penuh sesak. Sebuah fenomena yang unik sekali. Angin malam yang menusuk kulit tak mempengaruhi mereka untuk melakukan aktivitas ataupun bercengkrama menghabiskan malam bersama teman-teman.

Selama hal tersebut postif tidak ada yang mengganggu dalam fenomena ini, kecuali penyakit yang mengintai jika hal ini menjadi kebiasaan rutin setiap malam tentunya. Selain itu terlihat di sebuah spanduk, pada halaman depan sebuah rental mobil di daerah Jatinangor pula, yang menawarkan biaya penyewaan mobil yang di-diskon habis untuk penggunaan pada pukul 10 malam hingga pukul 5 dini hari. Sangat jelas hal ini ditujukan untuk menggugah siapa saja yang berniat untuk melanjutkan kemeriahan malam hari di kota pada tengah malam hingga pagi hari.

Jelas melihat kondisi yang ada dan menimbang segala fasilitas yang disediakan, jatinangor pada malam hari semakin menarik dan memberikan nuansa tersendiri pada masyarakat di daerah tersebut. Membuatnya secara perlahan-lahan menarik khalayak untuk leuar dan membuat suasana semakin ramai.

Hanya saja, dibutuhkan sebuah kebijakan dalam berpikir untuk menimbang-nimbang beragam pilihan dengan segala konsekuensi yang akan di peroleh dari segala aktivitas malah hari tersebut. Misalkan saja disebutkan beragam penyakit yang akan ditanggung apabila telalu banyak bergadang dan menghirup udara malam, yang sudah terdengar jelas efek-efek buruknya pada kesehatan.

Disamping itu, geliat kehidupan malam di kawasan Jatinangor ini juga membuat sebuah fenomena yang sangat menarik. Sedingin apapun udaranya, tampaknya tak menghalangi intensitas aktivitas orang-orang yang berkeliaran di sepanjang jalan Jatinangor, yang sebagian besar adalah mahasiswa.

Puti Anggunsari

210110070401


0 komentar:

Posting Komentar