Pemadaman Listrik di Malam Hari

01.53 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

oleh Hanifa Paramitha Siswanti

Kadang malam selalu diidentikkan dengan gelap, suram, sunyi, dan sepi. Namun nampaknya hal ini tidak berlaku di Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Malam di kawasan pendidikan di Jawa Barat ini selalu ramai dan tak pernah sepi. Apalagi ditambah dengan lalu lalangnya berbagai kendaraan yang melintas di jalan provinsi di kawasan tersebut.
Jatinangor merupakan kawasan pendidikan dimana terdapat empat perguruan tinggi yaitu Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Koperasi Indonesia (Ikopin), Universitas Winaya Mukti (Unwim), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Para mahasiswa peguruan tinggi ini kebanyakan merupakan mahasiswa rantau dari luar kota hingga luar pulau, sehingga hal ini tak pelak menghadirkan banyak hunian kost-kostan yang tersebar mulai Cileunyi hingga Cisaladah.
Keseharian para mahasiswa yang lebih sering berada di kampus membuat waktu untuk berkumpul dan bersantai bersama teman-teman diadakan di waktu malam. Suasana malam yang identik dengan sepi, sunyi, gelap, dan suram seakan tidak sesuai dengan suasana malam yang terdapat di Jatinangor. Justru semakin malam akan semakin ramai.
Mereka biasa berkumpul di warung makan, warnet, game online, rental VCD, atau di depan sebuah minimarket waralaba di depan gerbang lama Unpad. Aktivitas yang dilakukan bermacam-macam. Ada yang rapat, mengerjakan tugas, makan malam, iseng, bermain gitar, atau sekedar mencari hotspot area untuk bisa online secara gratis.
Semua aktivitas tersebut tentunya didukung oleh fasilitas listrik yang memadai. Sayangnya, saat ini kawasan Jatinangor seringkali terkena pemadaman listrik. Seluruh kegiatan dan aktivitas yang ada tiba-tiba dapat terhenti hanya karena putusnya arus listrik yang biasanya memakan waktu dua hingga tiga jam.
Bukan cuma sekedar mati lampu yang tinggal dipencet saklarnya untuk menghidupkan lampu tersebut, melainkan mati listrik yang berakibat pada matinya lampu-lampu listrik. Entah mungkin dikarenakan akhir-akhir ini di Jatinangor sering hujan deras di waktu malam (yang biasanya tidak begitu deras), disertai kilat dan guntur yang membahana, membuat oknum PLN memutuskan aliran listrik demi keselamatan.
Pemadaman arus yang tidak diberitahukan terlebih dahulu ini tentu membuat dampak kerugian tidak hanya pada mahasiswa, tapi juga kepada para pedagang yang yang menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang didapat di malam hari.
Menurut Lina Budiari, pemilik depot jus buah “Fruity Juice Ciseke“, padamnya listrik membuat usahanya ini kurang berjalan lancar dan berpengaruh pada pendapatan yang dihasilkan. Banyaknya mahasiswa atau warga sekitar yang membeli jus buah di depot ini di malam hari tentu saja merupakan sebuah peluang besar untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar daripada di siang hari.
Fruity Juice merupakan sebuah depot jus buah yang berada di Ciseke, Jatinangor. Depot ini menjual berbagagi macam jus buah dengan porsi banyak yang memiliki harga sesuai kantong mahasiswa. Depot ini selalu ramai dikunjungi oleh beberapa mahasiwa sampai-sampai setiap orang yang akan membeli jus ini harus rela menunggu dan mengantri.
Ramainya pembeli di malam hari yang berpotensi besar memiliki nilai pemasukan tinggi tentu saja sangat timpang apabila kemudian harus berhadapan dengan pemadaman listrik secara tiba-tiba. Blender dan kulkas merupakan dua peralatan yang tidak bisa dijauhkan ari usaha jus buah. Matinya listrik di Jatinangor membuat kedua benda ini tidak dapat bekerja untuk menopang usaha tersebut.
“Waktu itu pernah lagi ramai-ramainya dengan pembeli tiba-tiba lampu mati dan semua blender yang ada tidak bisa jalan lagi. Anak-anak yang udah pada nungguin jus jadinya nggak jadi beli. Padahal jus itu sudah hampir jadi. Akhirnya, saya jadi rugi,“ ujar Lina. Dia juga mengatakan bahwa memang harga segelas jus buah itu tidak seberapa, tapi melihat jumlah permintaan yang batal dan seringnya pemadaman listrik yang terjadi, membuat kerugian itu justru semakin terasa besar.
Frekuensi pemadaman listrik biasnya terjadi minimal sekali dalam seminggu. Hari pemadaman pun tak tentu alias acak. “Ini menyusahkan saya dan karyawan untuk siap-siap karena kami tidak tahu listrik bakal mati kapan,” tambahnya.
Beberapa waktu yang lalu saat musim kemarau datang, pemadaman listrik sudah sering terjadi. Pemadaman ini biasanya sudah terjadwal dan mahasiswa serta warga sekitar Jatinangor dapat melihat jadwal tersebut di beberapa selebaran yang memang tersebar di berbagai tempat. Hal ini membuat mereka lebih prepare untuk menyiapkan segala sesuatunya dan tidak kaget saat pemadaman itu tiba.
Namun sayangnya hal seperti itu tidak ditemukan di musim hujan saat ini. Pemadaman yang sangat sering terjadi di malam hari tanpa jadwal yang jelas tentu sangat mengganggu dan menghambat segala macam aktivitas yang memang hidup bergantung pada aliran listrik. Hujan dan petir yang datang sering dijadikan alasan untuk pemadaman yang terjadi ini.
Pemadaman listrik ini juga tentu saja menghambat efektifitas belajar mahasiswa yang memang sering dilakukan di malam hari. Browsing data di internet, kerja kelompok, atau pembuatan makalah harus terhenti akibat tidak ada suplai listrik, sehingga waktu di malam hari pun lebih banyak dihabiskan untuk menyalakan lilin, tanpa bisa berbuat apapun.
Hal seperti ini juga dikeluhkan oleh Fira, mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad. Jadwal kuliah yang full day dari pagi hingga sore membuat ia dan teman-temannya harus mengerjakan tugas kuliah di malam hari. “Sering banget kalau lagi diskusi di kostan teman, tiba-tiba mati lampu. Beruntung bagi teman yang membawa laptop karena masih memiliki baterai sebagai sumber listriknya. Tapi bagi saya yang mengandalkan komputer, ini sangat mengganggu. Mau ke rental juga nggak akan berguna.”
Menurut Fira, apabila listrik padam di saat mengerjakan tugas yang harus segera dikumpulkan secepatnya, ia akan menghentikan pekerjaannya tersebut dan meneruskannya kembali di pagi hari. Tenu saja hal itu dapat mengurangi konsentrasi karena ia harus terburu-buru mengejar jam kuliah yang dimulai pukul 07.30 setiap harinya.
“Saya juga suka sebal kalau ketika lampu mati, ternyata baterai handphone juga mati. Saya jadi tidak bisa menghubungi orang-orang dan merasa aneh saja di kostan,” tambahnya.
Dampak pemadaman listrik beberapa hari terakhir dirasakan oleh Saripudin, seorang pengelola usaha warnet. Akibat pemadaman tersebut, dia tak hanya mengeluarkan biaya tambahan untuk mengoperasikan genset, tapi juga menanggung kerusakan perangkat komputer. Power supply, harddisk, dan monitor adalah perangkat yang paling rentan mengalami kerusakan akibat pemadaman listrik yang tak dapat diprediksi kapan terjadi.
Pengoperasian genset ini diakui Saripudin tidak menambah keuntungan sama sekali bagi warnet. "Saya menggunakan genset hanya untuk menjaga kepuasan konsumen dan agar user bisa tetap browsing," jelasnya. Teknisi komputer ini menambahkan dalam kondisi pemadaman listrik warnetnya yang buka 24 jam tidak mengenakan biaya tambahan apapun kepada konsumen.
Tentu saja mati lampu yang kontinyu dan tanpa solusi seperti sekarang ini sangat
menghambat segala macam pekerjaan masyarakat. Semua profesi di malam hari bisa dibilang lumpuh total (pengecualian untuk profesi perampok dan PSK) dan kalaupun pengusaha besar bisa membeli genset sebagai pengganti listrik. Jelas biaya untuk membeli bahan bakar genset terlalu mahal dibandingkan profit yang didapat.
Masyarakat sebagai objek yang dikenai beban penerangan dari pemerintah baik melalui pemakaian rumah tangga maupun penerangan jalan umum seharusnya diperhatikan hak-haknya. Kalaupun ada pemadaman bergilir, PLN wajib menjelaskan. Apabila harus ada pemadaman baik rumah tangga atau di ruas jalan umum, baiknya juga tidak harus semuanya dan tidak harus selalu mati
Pemerintah daerah juga sepatutnya memerhatikan persoalan reklame berupa neon box Ini tentu menyedot kuota listrik daerah yang alangkah baiknya apabila disalurkan kepada masyarakat mengingat kebetulan saat ini Pulau Jawa memang sedang mengalami defisit listrik.

0 komentar:

Posting Komentar