Gerbang Menuju Kegelapan

04.31 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

TH /OJ/2009 Fitria
210110070088

Gerbang Menuju Kegelapan

Pertama kali saya menginjakan kaki di Jatiangor dan mencoba mencari dimana gerbang Universitas Padjadjaran (Unpad) saya sedikit tecengang. Sebuah gerbang kampus negeri yang seharusnya terlihat indah dan megah untuk bisa mencerminkan kegagahan suatu universitas besar hanya tergambarkan olah sisa-sisa barisan huruf di daerah yang kita kenal dengan gerbang Unpad.
Suatu gambaran yang naas jika kita melihat bagaimana suatu bentuk kemegahan suatu universitas hanya tergambarkan dengan jejeran pedagang makanan yang terkesan kumuh dan tidak terawat. Namun itulah keadaan gerbang yang saya lihat pada bulan-bulan November tahun 2007. Dan sekarang setelah semua pembangunan, penggusuran dan so called perbaikan, gerbang Unpad masih sama saja. Kumuh.
Namun sekumuh-kumuhnya gerbang Unpad, masih ada segelintir mahasiswa yang mau duduk-duduk disana untuk berbagi pikiran, bertemu dengan kawan, atau hanya sekedar minum kopi dan makan. Karena malam hari pun masih banyak gerobak-gerobak yang menjual makanan.
Dari kesenangan duduk-duduk bersama ini, 4 mahasiswa dari fakutas Unpad yang berbeda-beda memutuskan untuk membangun suatu komunitas untuk menaungi orang-orang yang senang duduk-duduk di tempat yang mempunyai panggilan akrab gerbang untuk berusaha membangun sebuah citra komunitas yang orang-orang di dalamnya tidak berada disana hanya untuk nongkrong semata namun menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Komunitas tersebut mereka sebut dengan Komunitas Gerbang Unpad (KGU). KGU berdiri pada tahun 2001, dengan misi untuk menggunakan lokasi gerbang untuk bisa berekspresi, mengeluarkan pendapat serta melakukan acara-acara for good cause or just for fun. Dari situlah, mulai banyak mahasiswa yang bergabung dalam KGU. Salah satu pendiri KGU yang mempunyai pangilan akrab KGU mengatakan, sebelum terbentuknya KGU, para mahasiswa yang nongkrong di gerbang hanya sekedar ngobrol dan makan-makan.
KGU yang sering berkumpul pada malam hari ini menambah suasana meriah di gerbang Unpad yang seakan tidak dipedulikan. KGU menggunakan lokasi yang ada untuk melakukan bakti sosial, ngamen ataupun melakukan jam untuk sekedar memeriahkan suasana gerbang.
KGU selalu berusaha untuk membuat hal-hal yang menyenangkan untuk menghibur mereka sendiri namun tak juga melupakan warga sekitar dan mahasiswa laiinya. KGU secara rutin mengadakan acara-acara seperti playing winamp, dimana orang-orang yang sedang duduk-duduk disekitar gerbang bisa merequest lagu hanya dengan Rp 500,-/lagu yang selanjutnya akan masuk kas KGU dan dipergunakan untuk memodali acara-acara yang lainnya.
Selain itu, KGU juga sering memutar pertunjukan film. Mulai dari wayang sampai film melayu lama yng bertujuan untuk meramaikan suasana gerbang. Tak hanya mehasiswa yang tertarik untuk bergabung, namun tukang ojek dan warga sekitar akhirnya telihat menepi terlebih dahulu untuk menyaksikan pertunjukan yang KGU sajikan.
Namun di penghujung tahun 2008, KGU sedikit bersedih. Gerbang, tempat mereka berbagi cerita, menambah teman, melakukan kegiatan, bercanda tawa, menangis dan berbagi kebahagiaan akan digusur alias ‘perbaikan’. Namun hasil dari perbaikan ini, apa? Gerbang dibanguun kembali dengan bentuk yang tidak lebih fungsional dan lajur jalan dari daerah pangkalan bus damri Jatinangor dialihkan kesana bagi pengguna jalan yang ingin pergi kearah Sumedang tanpa harus terjebak macet.
Baru kali ini saya melihat, jalan suatu universitas dikomersialkan untuk pengguna jalan umum. Dengan harapan pembangunan ini menjadikan gerbang Unpad lebih layak untuk dijadikan gerbang suatu universitas negeri kandas sudah. Struktur gerbang yang tidak fungsional akhirnya menghampat para mahasiswa yang suka nongkrong pada malam hari di gerbang terbatas karena bentuk gerbang yang kurang fungsional.
Aktifitas yag sering dilakuakan oleh KGU susah untuk dilakukan kembali karena baru duduk sebentar, ada saja kendaraan besar yang melewati gerbang dan menerbangkan debu-debu yang bisa merusak kesehatan. Hanya untuk sekedar minum kopi saja, gerbang bukan lagi tempat yang nyaman. Akhirnya para mahasiswa labih memilih untuk nongkrong di mini market di dean gerbang persis.
Biasanya, gerbang di ramaikan dengan mahasiswa dan anggota KGU untuk mengadakan acara atau sekedar perbincangan yang bermanfaat. Namun, sekarang gerbang lebih ramai oleh penduduk sekitar yang menggunakan gerbang baru yang minim dalam pencahanyaan untuk mabuk-mabukan yang menjadi hal yang selalu ditakutkan oleh mahasiswa.
Gerbang yang dulunya mempunyai pencahayaan yang lebih terang memberikan kesan yang menyenangkan. Nongkrong digerbang bukan hanya sekedar hal untuk membuang wak-tu. Malah, sanking nyamannya banyak maohasiswa yang mau duduk sampai jam 2-4 pagi hari hanya untuk mengobrol dan bercanda. Namun, sekarang they have no where to go.
Mahasiswa dan anggota KGU sekarang hampir tidak ada yang mau lagi duduk di gerbang dengan keadaan yang seperti itu. Mahasiswa lebih tertarik untuk pergi ke Jatinagor Town Square (Jatos) dibandingkan untuk nongkrong lagi di gerbang. Ini sangat disayangkan karena, dari gerbang telah banyak lahir mahasiswa yang kritis dan perduli akan lingkungannya.
Namun dengan menurunnya kualitas manusia Indonesia saat ini, tanpa kita sadari, kita sebagai pribadi yang intelektual juga akan kehilangan mutu yang baik sebagai manusia karena naluri kita saat ini hanya ingin bersenang-senang dan tidak memikirkan tentang hal lain.
Dengan membongkar gerbang, pihak Unpadlah yang rugi. Mungkin mereka hanya memandang mahasiswa yang duduk-duduk di gerbang tiap malamnya hanya sekedar bersenang-senang tanpa ada makna kongkrit. Ito menjelaskan, dengan kita sekedar duduk dan mengobrol dengan mahasiswa yang lainnya, tanpa kita sadari kita melakukan social networking. Siapa tahu orang yang kita ajak nobrol ternyata akan menjadi orang yang sukses dikemuadian hari.
Gerbang dan KGU telah mencetak orang-orang yang berkualitas dan intelektual. Kehidupan malam di gerbang memberikan kita pelajaran yang tidak dosen berikan di ruang kelas. KGU mengajarkan anggotanya untuk bisa mandiri, kreatif, mau berpendapat, mempunyai jiwa organisasi tinggi, mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan yang paling penting adalah tidak adanya perbedaan antara kaya dan miskin.
Yang membedakan antara kita di gerbang adalah, bagaimana kepintaran seseorang dipergunakan dengan baik dan maksimal demi mencapai tujuan yang baik pula serta mambantu warga sekitar. Tanpa kita sadari, kita semua adalah pendatang dari jatinangor ini. Apa yang telah KGU berikan secara langsung ikut membangun citra Unpad. Sampai-sampai mahasiswa Unpad di Bandung juga ingin mempunyai gerbang untuk nongkrong.
Hal ini akan kembali jika lampu itu dinyalakan lagi, simbol dari terangnya lampu bisa kembali menghangatkan ingatan kita atas memori indah di gerbang. Saat lampu itu kembali menyala, kami pastikan, kami akan kebali untuk berjaya. Hidup KGU!

0 komentar:

Posting Komentar