Menunggu Rezeki Malam di Daerah Mahasiswa

23.10 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

Pukul 22.00 menunjukan di jarum jam, namun jalan-jalan di Jatinangor masih saja dipenuhi dengan warga. Hal itu tidak terlihat aneh sebab daerah Jatinangor memang daerah mahasiswa. Terdapat berbagai macam unversitas baik negeri maupun swasta, antara lain seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), IPDN, Unisba, dan Ikopin.
Kehidupan malam di daerah Jatinangor memang tidak pernah sepi. Masih banyak mikrolet, ojek, bus antarkota, hingga bus antar provinsi yang masih melaju di sana. Asap knalpot pun masih terlihat mengepul hitam di sepanjang jalan utama. Aktivitas transportasi memang tidak pernah terlihat sepi. Hal ini dikarenakan Jatinangor memang daerah yang dipenuhi oleh kaum pendatang.
Para mahasiswa juga masih terlihat sibuk dengan kegiatannya. Ternyata malam hari bukanlah suatu kendala untuk melakukan aktivitas. Berbagai macam aktivitas terlihat dari kejauhan. Ada mahasiswa yang sedang menyantap makan malam dengan teman-temannya, menunggu angkutan umum, atau hingga sekedar nongkrong saja.
Terdapat beberapa kostan yang masih ramai dan terlihat orang berlalu lalang, namun ada juga kostan yang sudah terlihat sepi dan terkunci rapi. Daerah Jatinangor yang hampir dipenuhi oleh mahasiswa dibandingkan dengan penduduk asli ini memang memiliki banyak kostan yang tersebar di seluruh wilayahnya. Maka tak heran banyak dari mereka yang mengeruk keuntungan dari banyaknya mahasiswa yang tinggal di daerah ini. Banyak usaha yang dibentuk oleh warga sekitar untuk mencari keuntungan.
Usaha-usaha yang dibentuk oleh warga pun beraneka ragam. Ada yang memilih untuk berbisnis usaha kostan yang memiliki profit yang menggiurkan, ada juga yang memilih bisnis kuliner, bisnis usaha cuci, hingga foto kopi. Itu semua tergantung oleh pemilik modal dan pangsa pasar.
Di dalam usaha kuliner sudah berbagai macam makanan tersedia di kota kecil ini. Mulai dari makanan daerah, asia, eropa, hingga makanan ala timur tengah juga sudah bisa ditemukan dimana-mana. Untuk urusan kuliner memang daerah ini sudah dibilang maju. Banyak usaha kuliner yang menawarkan fasilitas yang menarik, seperti delivery, buka hingga 24 jam, maupun pelayanan dengan tv kabel.
Namun ada juga usaha kuliner yang tidak luput memiliki banyak peminat dari berbagai kalangan. Walaupun usahanya memang tidak terlalu diperhitungkan karena masih menggunakan modal kecil. Usaha ini adalah usaha kaki lima yang berjualan di malam hari. Ternyata waktu bisa menentukan profit para pedagang kaki lima. Walaupun hari sudah tampak gelap bukan berarti juga penghasilan juga akan kelam.
“ Berjualan di malam hari saya akan memiliki saingan lebih sedikit dibandingkan dengan berjualan pada pagi atau siang hari. Tentu saja dengan keadaan itu akan menguntungkan saya dalam berjualan”, ungkap Aji salah satu pedagang bubur ayam yang berjualan di sekitar kampus Unpad.
Aji berjualan bubur ayam dari pukul 16.00 hingga tengah malam. Biasanya ia berjualan hingga buburnya terjual hingga habis. Sehingga menyebabkan waktu pulangnya pun tidak menentu. Berjualan di malam hari dilakukannya karena ia sudah terbiasa berjualan di malam hari. Ia pun mengaku hasil yang didapatkan dari penjualan buburnya pada malam hari lebih menguntungkan. Padahal persepsi masyarakat Indonesia menganggap waktu yang pantas untuk menyantap bubur adalah pada malam hari. Namun persepsi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tidak menyurutkan tekad Aji. Ternyata memang benar tak selamanya persepsi yang beredar si masyarakat selalu sesuai dengan fakta. Nyatanya keuntungan yang dimiliki Aji ketika berjualan bubur di malam hari justru memiliki keuntungan yang naik secara signifikan.
“ Dulu saya pernah mencoba berjualan di pagi hari, namun saingannya sangat banyak. Sehingga keuntungan yang didapatkan pun sangat kecil. Namun ketika saya mencoba berjualan di malam hari, omzet saya pun meningkat. Maka ini pun sudah menjadi kebiasaan saya untuk berjualan di malam hari”, ujar Aji.
Ia mengaku waktu di pagi hari digunakannya untuk menyiapkan dagangannya untuk malam harinya. Biasanya ia dibantu oleh istrinya untuk menyiapkan dagangannya. Memang berjualan di malam hari lebih terasa lelah dan kantuk pun sering menyerang. Maka Aji pun harus pintar-pintar mengatur jam tidurnya dan keadaan fisiknya agar tidak jatuh sakit. Ia mengaku angin malam terasa seperti menggerogoti seluruh tulangnya.
Pembeli yang paling sering membeli dagangannya adalah mahasiswa. Bubur bila dimakan pada malam hari bisa membuat perut terasa hangat. Itu juga merupakan salah satu alasan mengapa bubur pada malam hari kian digemari.
Hal ini tidak berbeda jauh dengan nasib Wasipah. Wasipah adalah penjual martabak telur dan manis yang memiliki tempat berjualan di Jalan Raya Jatinangor. Wasipah berjualan martabak dari pukul 17.00 hingga 24.00. walaupun Wasipah adalah seorang wanita dan sudah berumur, berjualan di malam hari tidak membuat dia menyerah. Walaupun kuatnya angina dan gelapnya langit tidak membuat dia putus asa. Tuntutan ekonomilah yang selalu membangkitkan semangatnya untuk bekerja.
“ Bekerja di malam hari memang memiliki lebih banyak risiko yang harus ditanggung. Biasanya anak kan pulang sekolah pada sore hari, namun saya sudah harus berangkat bekerja. Sedangkan pagi hari, anak saya sudah berangkat sekolah. Tuntutan ekonomilah yang memaksa saya untuk tetap harus kuat bekerja”.
Wasipah mengakui bisnis martabak memang selalu dijual pada malam hari. Sangat jarang ditemukan penjual martabak yang menjual dagangannya pada pagi hari. Itulah salah satu alasan mengapa ia memilih berjualan pada malam hari.
“ Martabak kan memang khas dijual pada malam hari. Itu yang menjadikannya ciri khas. Kalau saya menjualnya pada pagi hari nanti orang-orang bingung martabak apa yang dijual pada pagi hari. Walaupun dengan begitu saya memiliki banyak saingan dengan pedagang martabak lainnya. Tapi setiap orang pasti memiliki selera, setiap pedagan martabak yang satu dengan lainnya memiliki cirri khas. Itulah yang saya andalkan”, tegas ibu 2 anak tersebut.
Berjualan martabak diungkapkan oleh Wasipah adalah usaha yang menguntungkan. Menurutnya usaha kuliner tidak akan mengalami kebangkrutan yang cukup besar. Setiap orang pasti butuh makanan. Lagipula bila dagangannya tidak memiliki banyak pembeli, biasanya martabak tersebut diolahnya kembali menjadikan makanan lain ataupun dimakannya sendiri. Jadi menurutnya memang tidak rugi berbisnis makanan.
Bila dibahas mengenai bisnis kuliner yang cocok di makan pada malam hari tentu saja tidak terlepas dari jagung bakar. Ternyata bisnis ini dianggap cocok dengan daerah Jatinangor yang memiliki iklim dingin oleh Rahmat. Rahmat adalah lelaki asal Jatinangor asli. Ia tinggal di daerah Cikuda. Ia mengaku baru sebenatr berjualan jaging baker di Jatinnagor. Hal ini disebabkan karena ia menganggap belum ada penjual lain yang berjualan jagung bakar.
“Jagung bakar memang cocok di makan di daerah yang memiliki iklim dingin. Biasanya bila cuaca sedang dingin pasti menginginkan makan yang hangat-hangat. Maka saya pun memiliki ide untuk berjualan jagung bakar”, ungkapnya.
Ternyata berjualan di malam hari sangat cocok dengan bisnis yang digelutinya. Biasanya pembeli sedanhg merasa kedinginan dan ingin menghangatkan perut maka membeli dagangan Rahmat. Sampai saat ini penghasilan yang diraihnya dari hasil berjualan jagung mampu menghidupi 1 istri dan 1 anak laki-lakinya.
“ Walaupun dianggap sepele hanya berjualan jagung. Ternyata omzet yang saya dapatkan alhamdulilah mampu menghidupi keluarga saya”, tutur Rahmat.
Ternyata malam tidak segelap kenyataanya. Jutrsu malam hari merupakan anugrah yang besar dari Tuhan yang Maha Kuasa bagi para penjual. Mereka adalah pribadi yang hebat karena mampu mengais rezeki di saat orang lain sedang terlelap dalam tidurnya. (Indah Tri Novita)

0 komentar:

Posting Komentar