Jatinangor Night Life

23.33 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

Oleh Anisa Saptari

Sudah satu setengah tahun lebih saya bertempat tinggal di sebuah desa kecil tempat sebuah universitas negeri tempat saya menimba ilmu berdiri. Namanya Desa Jatinangor. Jatinangor termasuk salah satu bagian dari Kota Sumedang, Jawa Barat. Kalau saja tidak ada Universitas Padjdjaran (UNPAD), Universitas Winaya Mukti (UNWIM), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dan Insitut Koperasi Indonesia (Ikopin) sepertinya Jatinangor hanya merupakan sebuah desa yang sepi. Sebelum adanya tempat-tempat pendidikan itu, banyak orang yang tidak tahu apa dan dimana Jatinangor.
Terlihat betul bahwa masyarakat sekitar tampaknya tidak banyak melakukan kegiatannya terlebih malam hari. Penduduk asli Jatinangor lebih suka berdiam diri dirumah saat malam hari. Hanya mahasiswa yang banyak berkeliaran pada malam hari. Mahasiswa-mahasiswa itu keluar untuk mencari makan, mengambil uang di Anjungan Tunai Mandiri, berbelanja kebutuhan sehari-hari di mini market, atau hanya sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Hal tersebut menjadikan Jatinangor malam hari tak pernah sepi.
Banyak kost-kostan untuk para mahasiswa juga menjadikan setiap malam di Jatinangor tidak pernah sepi. Apalagi kost-kostan untuk pria. Pria-pria itu terkadang memilih untuk tidak tidur sepanjang malam untuk bermain gitar atau untuk mengobrol dengan teman-teman sekostan. Pintu gerbang kostan pria juga rata-rata tidak pernah di gembok. Maka tak heran jika para “undangan” yang tidak diharapkan kehadirannya alias pencuri tak segan-segan untuk memanfaatkan kesempatan untuk mengambil barang-barang berharga, terutama motor.
Pencurian motor bukan hal yang asing di Jatinangor. Jangakan motor, mobil saja bisa hilang di Jatinangor. Seorang teman saya baru beberapa hari lalu mengalami kejadian ini. Ia sedang menginap dikostan temannya malam itu. Motor yang umurnya baru sehari ia tinggal di kostannya yang letaknya di daerah Ciseke. Pagi harinya, ia kaget bukan kepalang bahwa motor barunya raib begitu saja. Saya sangat bingung dengan keamanan di Jatinangor. Jatinangor desa yang sangat kecil, tapi mengapa polisi seringkali tidak bisa melacak pencuri-pencuri itu? Mengapa pencurian motor masi saja terus merajalela?
Tak jarang saya mendengar berita-berita bahwa pada malam hari banyak mahasiswa yang melakukan pesta minuman keras dan pesta ganja dikostan-kostan terutama kostan pria. Namun, hingga sekarang saya belum melihat dengan mata kepala sendiri. Sehingga, saya tidak tahu persis berita btersebut benar atau tidak.
Hal yang jauh berbeda tampak pada kost-kostan wanita. Sebagian besar kostan wanita memilik jam malam. Seperti halnya kostan saya, Wisma Kartika di Jalan Sayang. Pukul 21.00 WIB tamu pria tidakdiperkenankan masuk. Pintu gerbang ditutup dan ada seorang satpam yang cukup tegas melarang tamu pria untuk masuk. Aturan kostan wanita yang memiliki jam malam ini sangat membantu mencegah kriminalitas dikostan wanita. Buktinya, yang sering kita dengar adalah pencurian di kostan pria.
Jatinangor juga merupakan salah satu akses yang dilewati truk-truk besar pengangkut barang. Truk-truk tersebut melewati jalan-jalan di Jatinangor pada malam hari. Alhasil, setiap malam kita akan ditemani oleh suara-suara bus yang melintas. Suara-suara itu cukup mengganggu apalagi jika kita sedang dalam masa ujian pertengahan semester atau ujian akhir semester. Bagi yang sedang diluar kostan pada malam hari akan mendapat asap tebal dari truk-truk tersebut dan itu akan sangat menganggu kesehatan. Masalahnya, bus yang melintas tidak hanya satu atau dua buah tapi bisa mencapai puluhan bus setiap harinya.
Masalah asap yang menjadi pencemaran udara tidak hanya sampai disitu saja. Populasi pemilik motor di Jatinangor makin banyak saja. Mahasiswa dan tukang ojek kerap berkeliaran pada malam hari. Hal tersebut tentu saja semakin memperparah udara di Jatinangor. Untung saja setiap malam jatinangor masih dingin. Apalagi jika sedang hujan, udara akan sangat dingin dan membuat siapapun malas untuk beranjak dari balik selimut.
Terkadang malam hari menjadi hal yang paling menyebalkan di Jatinangor karena Jatinangor kerap mati lampu. Suasana akan menjadi gelap gulita. Sepanjang jalan di Jatinangor hanya menjadi seperti kota mati yang tidak berpenghuni. Entah mengapa Jatinangor seringkali mati lampu dan itu sangat menganggu. Pernah pada masa ujian, hampir setiap malam Jatinangor mati lampu, terkadang mati lampunya cukup lama, kadang juga hanya sebentar. Hal yang paling menyebalkan adalah saat malam sedang mati lampu dan belum menge-print tugas untuk esok hari. Tentu mahasiswa akan kelimpungan dibuatnya.
Udara cukup dingin di malam hari terkadang membuat perut lapar. Tapi, tidak perlu khawatir, sebab banyak tempat makan yang buka hingga 24 jam. Banyak juga kedai roti bakar, kedai bubur kacang hijau, dan kedai indomie yang buka dari malam hingga pagi hari. Jadi, jika perut terasa lapar, kita bisa ke luar kostan dan makan.
Sebuah warung makanan, Hipotesa misalnya. Warung makan yang memiliki tiga buah cabang, yakni di Sayang, Ciseke, dan di Gang Mawar buka 24 jam, sehingga kapanpun kita merasa lapar kita bisa segera memesan makanan. Bahkan kita dapat memesan melalui SMS atau telepon. Jadi, kita bisa tetap dikostan dan menunggu Aa’ Hipotesa mengantarkan pesanan kita.
Jika tidak bisa tidur kita bisa pergi ke Cherries Corner, sebuah tempat makan di Jatinangor yang menyediakan layanan free internet. Makanannya juga lumayan enak, walaupun harganya memang lebih mahal daripada kaki lima karena tempatnya memang nyaman dan seperti layaknya restoran.
Setiap malam di Gerbang UNPAD banyak juga mahasiswa yang berkumpul dan bersenda gurau dengan teman-teman mereka. Tukang makanan juga tak melewatkan kesempatan itu. Maka, di Gerbang UNPAD berjejeran lah tukang makanan yang siap memanjakan lidah mahasiswa dan harganya pun terjangkau. Maka tak heran jika makanan itu akan diserbu oleh mahasiswa.
Warnet-warnet juga tak ketinggalan kebagian rezeki. Banyak mahasiswa yang harus mencari tugas kuliahnya dengan internet, namun tidak memiliki internet dikostan maka mahasiswa tersebut akan menuju warnet.
Bahkan ada juga mahasiswa yang hanya sekedar bermain Counter Strike (CS) dan Dotta yang memang tengah naik daun. Mahasiswa yang gemar bermain game tersebut tak segan-segan menghabiskan waktu di warnet dan menghadiskan belasan ribu rupiah untuk bermain sepanjang malam. Sebenarnya, warnet yang menyediakan layanan games tersebut agak berdampak kurang baik bagi mahasiswa. Mahasiswa akan ketagihan dan akan kesiangan ke kampun akibat tidak tidur semalaman. Kalaupun tidak kesiangan ke kampus tentu saja mahasiswa akan terkantuk-kantuk saat dosen memberikan kuliah.
Tempat yang paling sulit ditemui di Jatinangor adalah fasilitas kesehatan. Terkadang mahasiswa dan masyarakat yang membutuhkan penanganan serius agak kesulitan mencari rumah sakit. Sarana kesehatan yang ada hanya Klinik. Itu pun pelayanan kesehatannya kurang memadai. Bahkan, salah seorang teman saya pernah mengalami kesalahan vonis saat berobat ke Klinik tersebut. Jika ingin ke rumah sakit, letaknya cukup jauh yakni di daerah Cileunyi. Jadi, bisa dibayangkan jika malam-malam kita menderita sakit yang cukup serius kita harus menuju Cileunyi untuk mendapat penangan dari dokter.
Hiruk pikuk pada malam hari tidak akan kita temui pada setiap Sabtu malam. Banyak mahasiswa yang memilih bermalam mingguan di Bandung karena bingung akan kemana jika hanya di Jatinangor. Memang Jatinangor belum memiliki sarana hiburan. Satu-satunya tempat hiburan yang ada, yakni Jatinangor Town Square (Jatos) yang menyediakan restoran, toko-toko, bioskop, dan tempat bermain billyard. Bisa dipastikan mahasiswa yang keuangannya terbatas atau sedang malas ke Bandung, tapi ingin berjalan-jalan pada malam minggu akan menghabiskan waktu untuk sekedar makan di restoran, menonton bioskop dan bermain billyard.

0 komentar:

Posting Komentar