Malam di Jatinangor Rawan Tindak Kriminal

00.04 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

Oleh Martin

Jatinangor merupakan sebuah kota kecil yang banyak dikenal sebagai daerah pendidikan di kawasan Jawa Barat. Sesuai dengan image daerah pendidikan, daerah ini dipadati oleh beberapa universitas dan juga perguruan tinggi, mulai dari ikopin, IPDN, Unwim, hingga Unpad.
Pada siang hari daerah ini diramaikan oleh hilir mudik mahasiswa yang ingin menuntut ilmu di berbagai universitas yang ada di sana, namun suasana yang berbeda mulai terasa ketika teriknya siang hari berganti malam sunyi yang dingin. Hal ini di ungkapkan oleh beberapa tukang ojek dan juga pedagang di kawasan Jatinangor yang buka ataupun mangkal hingga tengah malam. Bapak Adip, salah satu tukang ojek yang mangkal di daerah Ciseke mengakui bahwa Jatinangor selama ini diramaikan oleh berbagai aktivitas mahasiswa yang kini menjadi penghuni mayoritas di daerah Jatinangor. Meskipun terkadang kehadiran mahasiswa dirasakan menjadi sumber kegaduhan, namun ternyata banyak pihak yang menyatakan kondisi ramai seperti ini lebih baik jika dibandingkan kondisi sepi yang terjadi di saat mahasiswa pulang ke kampung halaman mereka, seperti pada saat lebaran atau liburan smester. Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Adi, salah satu pemilik kios BKI (bubur kacang ijo) yang berada di kawasan dusun Ciseke.
Selain kehilangan konsumen, para pedangang juga terkadang merasa kesepian jika malam mereka tidak diramaikan oleh para mahasiswa. "walaupun gak beli, tapi mereka suka buat ramai", itulah kata-kata yang terlontar dari mulut pak Usep. Aura sepi di daerah Jatinangor mulai terasa ketika jam mulai melangkah ke arah pukul dua belas malam, hal ini diungkapkan oleh Pak Suhanda yang berdagang roti kukus hingga malam hari. Sepertinya para mahasiswa yang berkuliah di daerah sekitar Jatinangor tahu persis bagaimana kondisi Jatinangor pada malam hari. Selain perbedaan mencolok dari segi cuaca, karena rasa panas dan juga terik pada siang hari berganti dengan dingin yang cukup mencolok pada malam hari, perbedaan yang mencolok juga terasa dari kesibukan para mahasiswa.
Ternyata kesunyian yang ada di wilayah Jatinangor pada malam hari mengundang cukup banyak tindakan kriminalitas. Sengaja saya bertanya banyak mengenai bagaimanakah keamanan daerah Jatinangor pada malam hari. Hal ini saya tanyakan karena berkaitan dengan pengalaman yang telah saya rasakan dan juga beberapa teman saya rasakan. Mahasiswa sepertinya dianggap sebagai mangsa empuk oleh para kawanan pencuri, ini dikarenakan sikap mahasiswa yang teledor atau kurang berhati-hati. Belum genap satu minggu (jumat, 6 Februari 2009), salah satu teman saya yang bernama Suhervandri kehilangan motor Vega R yang baru saja ia beli, inilah yang memancing saya untuk bertanya juga kepada para pedagang mengenai kejahatan yang banyak terjadi di Jatinangor. Para pedagang serta tukang ojek juga membenarkan bahwa angka kriminalitas, khususnya kasus pencurian di Jatinagor memang sering kali terjadi.
Saya pribadi juga pernah mengalami kasus pencurian di Jatinangor. Hal ini terjadi ketika saya baru saja memasuki smester ketiga kuliah saya. Namun kejadian yang menimpa saya terjadi pada pagi har ketika saya berangkat kuliah. Ternyata pencurian yang terjadi di Jatinangor dilakukan pada waktu yang bervariasi. Suhervandri kehilangan motornya manakala ia mengerjakan tugas dan menginap di kosan saya, kemudian ia pulang ke kosan dan baru menyadari bahwa motor yang belum genap seminggu ia beli sudah lenyap digondol maling.
Berdasarkan wawancara yang saya lakukan, para pencuri ini kebanyakan datang dari luar Jatinangor, dan mereka datang ke Jatinangor memang dengan tujuan untuk mencuri. Seperti salah satu contoh kasus yang belum lama ini terjadi juga, seorang pencuri yang kedapatan mencuri kemudian dihakimi warga mengakui bahwa dirinya berasal dari daerah Tangerangm dan datang ke Jatinangor memang dengan niatan buruk.
Saya melakukan wawancara dengan para pedangang dan juga tukang ojek mengenai kondisi dan juga keamanan daerah Jatinangor pada sekitar pukul sembilan malam, kemudian saya pulang dan bermaksud untuk menuliskan tulisan ini. Setelah sekitar satu menit saya sampai di kosan, kemudian handphone saya berdering, dan saat itulah berita yang cukup mencengangkan saya terima dari salah satu teman saya. "Motor Gifar ilang, Bol!" , teriak teman saya diujung sana. Seketika itu juga saya langsung bergegas keluar meninggalkan kostan dan berlari ke arah kostansalah satu teman saya di samping Yomart, Jalan Raya Jatinangor, tempat kejadian hilangnya motor Abdallah Gifar.
Pencurian yang terjadi pada sekitar pukul 19.30-21.00 ini merupakan kasus pencurian kendaraan bermotor kedua yang menimpa teman saya dalam minggu yang sama. Pada saat itu, saya cukup geram dan bertanya dalam hati ada apa sebenarnya dengan keamanan di daerah Jatinangor. Apakah semudah itu pencuri berkeliaran di daerah ini? Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Pak Adi, ia mengatakan bahwa biasanya pencurian di daerah Jatinangor terjadi beruntun, dan dalam jangka waktu yang dekat.
Namun pecurian memang dapat dilakukan karena adanya kesempatan, dan nasib naas yang menimoa Gifar pada Senin 9 februari 2009 ini juga dapat dikatakan akibat dari kelalaian Gifar yang tidak belajar dari kesalahan Suhervandri beberapa hari yang lalu. Kesalahan fatal yang dilakukan oleh kedua korban pencurian ini adalah mereka tidak mengamankan motor mereka dengan kunci ganda, sehingga pencuri dapat membawa kabur motor mereka dengan hitungan menit.
Pada pukul 21.30 saya bersama Gifar mendatangi kantor polisi yang terletak di depan Jatinangor Town Square untuk membuat laporan kehilangan. Di sana saya bertemu dengan Aipda Y. Hidayat yang sedang bertugas pada malam itu. Beliau berkata bahwa beberapa minggu terakhir memang kawasan Jatinangor sedang rawan pencurian, sehingga para mahasiswa dihimbau untuk lebih wasapada dan juga berhati-hati, dan untuk kendaraan bermotor agar lebuh aman disertai dengan kunci ganda, karena walaupun kunci ganda tidak berarti dapat seratus persen mengamankan kendaraan kita, namun ini dapat menghambat kerja dari pada pencuri. Lantas pertanyaan yang terbersit di benak saya adalah, "apakah tidak lebih baik para polisi sebagai pelayan masyarakat melakukan patroli keamanan, ketimbang hanya duduk dan menunggu laporan serta meberi himbauan?".
Selang tiga puluh menit kemudian, datang seorang mahasiswa lainnya yang bernama Aldi Agustio, ia pun melaporkan bahwa ia baru saja kehilangan sepeda motor. Mahasiswa jurusan sastra Russia ini kehilangan motor di Pondok Safana yang terletak sekitar 200 meter dari tempat kejadian sebelumnya. Ini berarti dalam seminggu sudah tiga orang mahasiswa yang kehilangan sepeda motor. Fakta ini tentu saja rekor buruk bagi polisi sektor Jatinangor sebagai penjaga keamanan daerah Jatinangor.
Pimpinan polsek Jatinangor yang tidak sempat saya minta biodatanya menyatakan kecewa dan prihatin terhadap keamanan di Jatinangor serta kinerja anak buahnya. Lalu ketika saya tanyakan program apa yang akan dilakuakan untuk mereduksi angka kriminalitas khususnya pencurian di kawasan pendidikan ini, beliau berkata bahwa program yang akan dilakukan baru saja dirapatkan pada pertemuannya di Tanjung Sari, Sumedang. Namun sepertinya polisi kalah start dengan para pencuri yang tidak membutuhkan rapat untuk melakukan suatu aksi pencurian.
Hal yang saya ungkapkan ini menunjukan seberapa tidak amannya kawasan Jatinangor, dan kurang sigapnya tindakan para polisi dalam menangani kasus-kasus kriminal di Jatinangor. Karena itulah saya ingin mengingatkan para masyarakat Jatinangor, dan juga para mahasiswa untuk lebih memperhatikan dan juga menjaga keamanan di daerah sekitarnya. Karena benar apa yang dikatakan Bang Napi, bahwa bagaimanapun juga pencurian terjadi bukan hanya karena ada niat buruk para pelaku, tapi juga karena adanya kesempatan. Selain itu, untuk para petugas yang menjaga keamanan kawasan di Jatinangor, sebaiknya lebih sigap dalam menjalankan tugasnya agar tidak lantas kehilangan kredibilitas, dan lantas masyarakat menjadi apatis terhadap para petugas keamanan.

Label:

0 komentar:

Posting Komentar