Hati-Hati dengan “Mereka”!

22.25 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

oleh : Inda Astri Andini

Jatinangor, sebuah daerah kecil di Sumedang. Jatinangor memang bukan sebuah kota besar, hanya terdiri dari beberapa jalan besar saja, sisanya tersebar jalan-jalan kecil, bahkan gang-gang kecil yang menghubungkan satu empat ke tempat lain. Setiap kota pasti memiliki sejarahnya sendiri. Jatinangor dahulu adalah sebuah perkebunan yang besar, yang dikuasai oleh pendatang asing. Tipologi Jatinangor sebenarnya kurang menguntungkan untuk sektor pertanian.
Hingga akhirnya saat ini penduduk Jatinangor kebanyakan bertumpu kepada sektor usaha kecil. Beberapa tahun lalu, disaat Jatinangor kehadiran sebuah universitas besar yang berdiri di lahannya yang luas. Masyarakat Jatinangor mulai memutar otak dan mencoba sektor usaha kecil dan menengah. Mahasiswa yang berdatangan dari berbagai kota menjadi strategi pasar para penduduk.
Beberapa dari mereka ada yang membuka usaha makanan, kos-kosan, tempat mencuci, dan lain sebagainya. Namun, beberapa dari mereka terkadang tidak pintar mengolah usahanya sehingga seringkali mengalami gulung tikar. Sebagian kecil dari mereka stress, mereka depresi. Konon segelintir dari orang-orang yang putus asa tersebut, menjadi hilang akal dan menglami kelainan jiwa.
Ya, kelainan jiwa. Orang-orang biasa menyebut mereka ‘orang gila’. Tidak jarang mereka berkeliaran dengan gaya masing-masing, meratapi kesedihan dan keputus asaan kehidupannya. Anggota keluarga mereka pun sudah tidak sanggup untuk bertanggung jawab atas keadaan ini. Itulah sebab pertama mengapa sering sekali ditemukan orang yang sakit jiwa berkeliaran seenaknya di lingkungan Jatinangor. Apalagi pada waktu malam hari.
Selain itu, ada juga versi lain yang beredar mengenai maraknya ‘orang gila’ di Jatinangor. Konon katanya, disaat krisis ekonomi menjangkit tubuh negara kita, banyak orang yang stress dan putus asa. Mereka rata-rata berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya. Beberapa dari mereka banyak yang lolos dari tangan pemerintah daerah dan melarikan diri ke Jatinangor.
Memang banyak sekali cerita-cerita yang beredar mengenai orang-orang yang kelainan jiwa dan secara tidak sengaja terdampar di Jatinangor ini. Beberapa dari mereka terkadang hanya berdiam diri tanpa mempedulikan orang-orang ‘sehat’ yang berkeliarn di sekitar mereka. Namun, yang berbahaya, beberapa dari mereka bisa nekat mengganggu kita dan tidak segan-segan melakukan hal yang diluar dugaan. Beberapa masyarakat Jatinangor telah mengalami berbagai cerita mencekam dengan ‘mereka’ dan itu terjadi di malam hari…
Sebut saja Marina, seorang gadis belia berjilbab berumur 22 tahun. Beberapa tahun yang lalu, Marina mengenyam pendidikan di sebuah universitas di Jatinangor. Marina seorang pendatang, ia tinggal di Bekasi bersama orang tuanya. Namun, karena Marina harus berkuliah di Jatinangor, ia meutuskan untuk tinggal di sebuah kos-kosan di daerah Ciseke, tidak jauh dari tempat ia berkuliah.
Daerah Ciseke biasa dikenal sebagai daerah yang ramai dengan tempat kos-kosan. Marina memilih tinggal di daerah Ciseke karena dekat dari kampus dan beberapa temannya tinggal di kos-kosan yang ia tinggali juga. Marina merupakan mahasiswi yang cukup aktif d kampus, seringkali ia pulang larut karena ada rapat atau kegiatan kemahasiswaan di kampusnya.
Biasanya, apabila Marina harus pulang larut ke tempat kos, Marina meminta beberapa temannya untuk menemaninya pulang. Namun, tidak jarang juga Marina pulang sendiri pada malam hari. Awalnya, Marina sangat takut untk pulang malam hari. Namun, karena kebutuhan yang mendesak, Marina memberanikan diri untuk pulang malam sendirian. Memang tidak benar adanya bahwa perempuan seperti Marina pantas pulang malam-malam tanpa didampingi orang lain.
Cerita pun bermulai dari sini. Suatu malam, ketika Marina baru saja pulang dari sebuah acara kemahasiswaan di kampusnya. Marina memutuskan untuk pulang seorang diri ke kos-kosannya karena tidak ada teman yang pulang searah dengannya. Marina memberianikan diri dan berpikir semuanya akan baik-baik saja. Karena malam itu, jarum jam barumenunjukkan jam sembilan malam. Marina merasa malam itu belum terlalu larut untuknya pulang seorang diri.
Jalan menuju tempat kos Marina ada dua pilihan, ada yang jalannya lebih besar, ada juga yang jalannya lebih kecil menyerupai gang sempit. Marina memilih gang sempit tersebut untuk menempuh jarak ke tempat kos karena gang itu lebih dekat dari tempat kos Marina. Gang Ciseke tersebut memang kecil. Biasanya, pada pagi sampai sore hari, gang itu ramai menjadi tempat lalu lalang orang-orang, kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa yang ingin pergi ke kampus. Namun, di malam hari gang itu bisa jadi sangat sepi.
Mungkin malam itu menjadi malam yang sangat tidak terlupakan bagi Marina. Marina yang pada saat itu berjalan dengan entengnya tanpa memikirkan ketakutan terhadap suatu ap pun, melihat seseorang sedang berdiam diri sisi gang. Penglihatan Marina buram, Marina mendekati sosok itu. Beberapa langkah dari si orang jongkok itu, barulah Marina tersadar, bahwa orang itu adalah orang yang tidak waras. Orang gila! Pikiran Marina langsung bercampur aduk. Marina sangat tegang, ia bingung harus berbuat apa.
Marina berpikir beberapa kali untuk memutar arahnya. Akhirnya Marina pergi kea rah yang berlawan. Marina berdiri di depan gang sambil berharap orang tadi sudah pergi. Karena Marina panik dan takut berada di pinggir jalan pada malam hari. Akhirnya Marina melanjutkan perjuangannya untuk sampi di tempat kos nya. Marina berdzikir, ia terus berdoa di dalam hati. Berdoa agar orang itu sudah pergi dari tempat tadi ia berdiam diri.
Dengan langkah gontai Marina menyusuri gang Ciseke sekali lagi. Sekali lagi pula Marina bertemu dengan orang tadi. Kali ini Marina yakin untuk melewati orang itu. Marina yakin Tuhan pasti melindunginya. Beberapa langkah kecil Marina mendekati orang itu. Marina sungguh kaget, kali ini Marina lebih kaget daripada sebelumnya. Orang yang sedang terpojok di gang sempit Ciseke itu ternyata sedang asyik (maaf) bermasturbasi. Marina lemas, ia bergegas mengambil langkah seribu. Untungnya orang tadi tidak mengejar Marina. Marina sudah tidak sempat memandang wajah orang itu. Marina berjalan hampir berlari sambil memandang lurus ke arah jalanan.
Beberapa langkah dari tempat orang tadi, Marina hanya bisa berdoa sembari panic, keringat bercucuran, tangan mendadak dingin, berharap orang tadi tidak semakin kehilangan akal dan mengejarnya. Beruntungnya Marina pada malam itu. Marina berhasil sampai di tempat kos dengan selamat. Sesampainya di tempat kos, Marina langsung menceritakan hal ini kepada teman-temannya.
Ternyata, pengalaman Marina bukan yang pertama kalinya. Teman-teman Marina yang lain juga sering mendengar kisah seperti ini sebelumnya. Banyak orang-orang seperti itu bertebaran di jalan dan melakukan hal-hal aneh yang tidak senonoh bahkan kriminal. Jika diperhatikan, beberapa orang seperti itu beredar dengan sangat bebasnya di jalanan umum. Padahal hal seperti ini bisa terjadi kapan saja dan sangat berbahaya. Apalagi bagi para perempuan.
Kepolisian di daerah Sumedang sepertinya harus lebih awas lagi dalam mengawasi keberadaan komunitas ‘mereka’ di Jatinagor. Pemerintah daerah juga seharusnya lebih tegas lagi untuk memberi mereka tempat yang layak agar masyarakat tidak terganggu dan lingkungan lebih terpelihara. Kemananan Jatinangor di malam hari juga tidak begitu aman. Banyak sekali orang-orang yang ‘iseng’ dan akhirnya merugikan beberapa pihak.
Jatinangor malam hari perlu diwaspadai, apalagi bagi para mahasiswa perempuan yang masih memiliki kebiasaan pulang malam, apalagi sendirian. Beberapa dari mereka yang mungkin belum mengalami pengalaman buruk tidak akan terlalu resah dengan keamanan Jatinangor. Tetapi sebaiknya mereka lebih waspada dan kalau bisa menghindari pulang malam seorang diri.
Karena, orang-orang seperti mereka tadi agak susah untuk disalahkan apabila melakukan kejahatan. Mereka dihitung sebagai orang yang sakit, yang tidak bisa berpikir sama seperti orang normal yang sehat. Mereka bisa saja berbuat sesuka hati tanpa erpikir terlebih dahulu. Jadi, salah satu cara yang paling ampuh untuk menghindari terulangnya cerita Marina tadi, kita harus bisa menjaga diri sendiri dan menghindari keadaan-keadaan yang memungkinkan kejadian yang tidak diinginkan. Berhati-hatilah!

0 komentar:

Posting Komentar