ROTI KUKUS HANGATKAN MALAM JATINANGOR

02.58 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

oleh Zakiah Rahayu


Suasana malam Jatinangor rasa-rasanya tidak jauh berbeda dengan malam-malam yang berlangsung di kawasan lain yang ada di belahan bumi manapun. Gelap, dingin, dan menuntun kita untuk beristirahat dan melupakan sejenak segala kepenatan yang telah kita rasakan di siang hari. Menuntun agar kita mau melepaskan segala kejenuhan yang telah kita alami agar esoknya kita bisa bersemangat kembali.
Rasanya akan sangat pantas jika kita mendapatkan yang terbaik ketika malam tiba. Mungkin dengan bersantai sejenak bersama keluarga, atau teman-teman sekalipun. Hal itu bisa menjadi pembangkit semangat ketika nanti pagi kita terbangun. Kita bisa saja menghabiskan malam dengan keluarga, teman-teman, dan orang terdekat lainnya. Tapi tidak menutup kemungkinan, kita menghabiskan malam hanya seorang diri.
Sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengistirahatkan tubuh dan otak. Hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah tidur atau beristirahat saja di kamar tanpa melakukan aktifitas yang berat-berat. Menonton televisi juga bisa dilakukan untuk membuat kita merasa santai.
Untuk kawasan Jatinangor yang dikenal sebagai kawasan pendidikan dengan empat jenis perguruan tingginya, seperti UNPAD, UNWIM, IPDN, dan Ikopin, pastinya identik dengan mahasiswa yang jumlahnya tidak sedikit. Mahasiswa yang ada di jatinangor ini kebanyakan memang berada di luar Bandung.
Jika malam hari tiba, Jatinangor masih menampakkan aktifitasnya meskipun tidak seramai siang hari. Lampu-lampu mulai dihidupkan. Fotokopi mulai ramai dipenuhi oleh mahasiswa yang memiliki kepentingan. Rumah makan juga mulai dipadati oleh pembeli yang kebanyakan adalah mahasiswa.
Daerah sekitaran gerbang UNPAD sering terlihat ramai oleh gerombolan orang. Ada yang duduk-duduk, ada juga yang terlihat mengobrol dengan temannya yang tidak sengaja bertemu di jalan. Jalanan juga masih dirayapi oleh kendaraan beroda empat dan dua, mengingat jatinangor adalah daerah yang menghubungkan Bandung dengan Sumedang. Meskipun malam tiba, transportasi tidak terlihat sepi. Hanya ada beberapa angkot yang terlihat sudah tidak mengangkut penumpang jika malam seudah terlalu larut.
Memang tidak semua yang meramaikan malam di Jatinangor adalah mahasiswa, ada juga penduduk asli yang membaur di dalamnya. Tapi karena jumlah mahasiswa yang lebih banyak, maka keberadaan penduduk asli tidak begitu mencolok. Kebanyakan mahasiswa yang jauh dari keluarga, pasti memiliki “ritual malam” yang berbeda-beda untuk menghabiskan malam dengan sebaik-baiknya.
“Ritual malam” yang dilakukan tiap mahasiswa yang ada di Jatinangor pasti berbeda. Ada yang lebih senang berada di dalam kosan saja dengan alasan keselamatan. Ada yang memutuskan menyewa DVD untuk ditonton sampai larut malam. Ada yang menghabiskan waktunya untuk berlama-lama di warnet.
Ada lagi lainnya yang memilih menginap di kosan temannya untuk mengerjakan tugas bersama. Ada juga yang memilih untuk “berkeliaran” di Jatinangor Town Square. Ada yang duduk-duduk di sekitaran gerbang UNPAD. Namun ada satu hal yang menjadi kebiasaan salah satu mahasiswi farmasi UNPAD yang bernama Tya.
Sebagai mahasiswi rantau yang berasal dari Bandar lampung, ia lebih suka untuk membeli roti kukus yang berdomisili di Ciseke Besar. Lengkapnya, gerobak mungil milik bapak Suhanda ini berada tepat di depan kosan yang bernama Le Qundil. “Jatinangor kan kalau malam dingin kan, makanya itu saya suka banget beli roti kukus ini. Bisa ngangetin perut juga soalnya. Apalagi kalau langsung dimakan anget-anget gitu”.
Tya yang kosannya memang agak jauh dari ciseke ini bahkan pernah nekat untuk membeli roti kukus jam 10 malam sekalipun. Hal tersebut ia lakukan karena sudah menjadi kebiasannya sejak semester satu. Sejak pertama kali kenal dengan roti kukus, ia mulai menyukainya.
Memang tidak setiap hari juga ia membeli roti yang dijual oleh bapak empat orang anak ini. Tapi paling tidak, membeli roti kukus sudah ia masukkan sebagai “agenda rutin” yang harus ia lakukan di Jatinangor. Apalagi ketika malam tiba.
Lain lagi dengan Ifa Paramitha,(18) mahasiwi Fikom UNPAD. Ia tidak terlalu mengkhususkan roti kukus ketika malam tiba. Tidak seperti Tya yang rela menerobos gelap hanya untuk mencicipi roti kukus, ia justru menjadikan roti ini sebagai alternative makanan jika ia sedang malas makan makanan berat seperti nasi. Berdiam di kosan adalah pilihannya jika matahari telah meredupkan sinarnya.
Sebenarnya pilihan makanan di Jatinangor itu banyak sekali. Ada martabak mini, sate, ayam padang, dan lain-lain. Namun roti kukus adalah cemilan paling mengenyangkan yang bisa dipilih untuk peneman malam.
Roti kukus yang diberi nama sesuai dengan nama anak bapak Suhanda ini mulai buka sejak bertahun-tahun dan ini memang sudah dijadikan mata pencaharian keluarga tersebut. Ia memiliki empat orang anak yang 2 diantaranya masih bersekolah. Sedangkan dua yang lain ada yang telah mandiri, dan ada juga yang masih balita “ Saya jualan juga buat ngebiayain anak-anak sekolah”, ujarnya.
Sebenarnya dulu Suhanda pernah berjualan pagi hari, tapi kini ia lebih memilih berjualan di sore hari sampai malam hari karena ada beberapa faktor yang masih disesuaikan olehnya. Gerobak roti kukus miliknya sudah dapat kita lihat mulai pukul 4 sore. Ia berjualan bisa sampai pukul 12 malam. Hal tersebut ia lakukan karena hanya itu yang bisa ia lakukan dengan istrinya.
Memang tidak setiap kali ia mengalami kemujuran dalam menjual rotinya. Jika liburan tiba, banyak mahasiswa yang pulang ke daerahnya masing-masing dan Jatinangor pun akan terasa sepi. Untuk menyiasati hal tersebut, Suhanda hanya menjual setengah dari jumlah roti yang biasanya. “ Kalau lagi liburan atau penghabisan masa liburan gini kan mahasiswa masih banyak yang ada di daerahnya masing-masing. Jatinangor juga masih sepi. Jadi saya jualnya juga gak terlalu banyak”, ujarnya.
Namun jika hari kuliah tiba, untungnya, roti kukus miliknya selalu laris dan habis oleh para pembeli yang rata-rata adalah mahasiswa. “Alhamdulillah, biasanya saya jualan bawa 200 roti, itu langsung habis seharian. Paling sampai jam 12 malem aja”. Selalu ada saja mahasiwa yang rela jauh-jauh dari cibeusi sekalipun hanya untuk merasakan nikmatnya roti kukus miliknya. “ Kalau udah jam 12 malem, ada aja mahasiswa yang beli naek motor ke sini. Kosannya jauh katanya. Di cibeusi”, ujarnya.
Roti kukus miliknya bukanlah roti satu-satunya yang ada di Jatinangor. Masih ada lagi gerobak roti kukus lain yang terlihat di sekitaran gerbang Unpad dan di depan alfamart atm mandiri. Gerobak milik Suhanda termasuk salah satu “pemuas” bagi mahasiswa yang kelaparan di malam hari.
Gerobak rotinya selalu ramai dikunjungi pembeli pada saat jam 7 malam, 10 malam sampai setengah sebelas malam. Pada waktu-waktu seperti itu biasanya mahasiswa mulai sibuk sendiri-sendiri dengan “aktifitas malamnya”.
Jika sudah menunjukkan pukul 12 malam, Suhanda pun kembali pulang ke rumahnya yang bertempat di Ciseke dengan membawa hasil yang sangat lumayan. Jatinangor kembali sepi karena makhluk yang ada di dalamnya benar-benar sedang beristirahat secara total. Seperti tidak ingin diganggu.

0 komentar:

Posting Komentar