Mencari Untung di Malam Jatinangor

22.36 / Diposting oleh Jatinangor Malam Hari /

oleh Lalitya Hayuningtyas

Terik matahari di siang hari terasa menyengat, namun dinginnya malam pun terkadang membuat tubuh menggigil. Itulah Jatinangor. Banyak orang mencibir mengenai keberadaan Jatinangor. "Bandung Coret", "Desa Nangor" dan sebagainya adalah sebutan untuk Jatinangor. Pada dasarnya Jatinangor hanyalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Luas wilayah yang tidak seberapa membuat orang memandang Jatinangor sebagai kawasan yang tersisihkan. Namun kawasan Jatinangor bisa dibilang sebagai kawasan pendidikan. Tak heran banyak warga sekitar yang mencari keberuntungan, bahkan di malam hari sekalipun.
Jika kita melintas daerah Jatinangor, kita akan melihat beberapa bukit yang mengapit wilayah ini. Sedangkan di sisi lain, kita juga akan melihat deretan perguruan tinggi sepanjang Jalan Jatinangor. IPDN, IKOPIN, UNWIM, dan UNPAD adalah sederatan perguruan tinggi yang terletak di Jalan Jatinangor. Munculnya kawasan pendidikan ini, dijadikan peluang bisnis bagi penduduk setempat. Bisnis yang berkembang diantaranya bisnis kos-kosan, foto kopi,warnet, dan tentunya makanan. Penduduk setempat mulai berlomba-lomba untuk melayani kebutuhan mahasiswa dan menjadikannya sebagai peluang bisnis.
Siang hari di Jatinangor, banyak sekali aktivitas pedagang yang berjualan di sepanjang Jalan Jatinangor. Selebihnya, pemandangan yang tampak hanyalah kendaraan-kendaraan yang melintas. Memang Jatinangor merupakan jalur alternatif bagi pengemudi kendaraan yang ingin pergi ke arah Jawa Tengah. Maka, jika malam hari tiba, masih saja tampak kendaraan yang lalu lalang di Jalan Jatinangor.
Jika diperhatikan, Jatinangor memang tak pernah mati. Siang dan malam selalu ramai oleh mahasiswa dan pengendara yang melintas kawasan ini. Meskpun memang pada nyatanya tidak seramai Kota Bandung ataupun Jakarta, namun keramaian di Jatinangor membuat banyak penduduk melihat peluang bisnis menguntungkan. Alhasil, sepanjang Jatinangor akan banyak sekali ditemui pedagang makanan yang beraneka dan juga toko-toko peralatan tulis-menulis, hingga tempat cucian kiloan. Memang terkadang Jatinangor menjadi penuh sesak, kemacetan yang menumpuk di sekitar gerbag Unpad dan mahasiswa yang lalu lalang. Sungguh tidak tertata. Namun di balik itu, kehidupan Jatinangor menarik untuk disimak ceritanya, terlebih kepada orang-orang yang memiliki inisiatif untuk mencari keuntungan di malam hari di Jatinangor.
Ketika hari berganti malam, Jatinangor tidak banyak berubah. Mahasiswa yang merupakan sebagian besar penduduk Jatinangor masih melakukan aktivitasnya, bahkan hingga larut malam pun banyak dari mereka yang masih keluyuran di sekitar Jatinangor. Melihat pola kehidupan yang seperti ini, banyak orang yang menjadikan bisnis mereka sebagai bisnis 24 jam. Mulai dari makanan hingga warung internet. Meskipun semakin malam kawasan Jatinangor semakin sepi, namun Jaja, Sandi, dan Tarya masih setia kepada pekerjaaanya. Mereka melayani tiap mahasiswa yang ingin mengisi perut pada malam hari. Trio "Gembul" ini bekerja di rumah makan 24 jam, Gembul yang terletak di Jalan Ciseke. Usut punya usut, Ciseke merupakan wilayah yang cukup ramai dipadati oleh mahasiswa.
"Memang sejak pertama kami buka sudah buka 24 jam, soanya banyak mahasiswa yang masih keluar saat malam-malam, jadi yah supaya nambah untung," kata Jaja menjelaskan. Gembul berdiri sejak tahun 2007 dan langsung memegang komitmen untuk melayani pembeli 24 jam. Jaja mengakui, pembeli justru bertambah jika hari mulai malam, sedangkan jika siang hari, Gambul terkadang sepi pengunjung.
Gembul sendiri menawarkan menu-menu makanan yang cocok disantap untuk siang ataupun malam hari. Di sini tersedia berbagai macam nasi goreng, mie goreng, mie rebus, dan roti bakar. Minumannya pun seperti susu hangat, susu dingin, ataupun jahe. Jaja mengakui, nasi goreng menjadi menu yang paing banyak dipesan, apalagi ketika malam hari. Selain melayani pembeli selama 24 jam, Gembul juga melayani pembelian melalui pesan singkat. Hanya tingga mengetikkan mendu pesanan dan alamat kosan, maka Jaja dan dua rekannya siap meluncur membawakan pesanan.
"Mahasiswa kan kalau sudah malam suka malas keluar, maka kami juga melayani lewat sms, jadi mempermudah," begitu kata Jaja. Biasanya meskipun sudah pukul tiga dini hari, masih saja ada yang memesan makanan di Gembul. Gembul memang sering sekali dijadikan tempat berkumpul bagi mahasiswa. Terlihat beberapa orang mahasiswa yang terlihat asyik bercengkrama sambil menunggu pesanan. Mereka mengakui, Gembul membantu mereka dalam urusan perut yang kadang tak kenal waktu. "Lapar kan bisa kapan aja, kalau tengah malam pengen makan tinggal datang ke sini ssja, " ujar salah satu dari mereka.
Saat ini, Gembul sudah membuka cabang di tiga tempat di kawasan Jatinangor. Cabang pertama berada di kawasan Hegarmanah. Sayangnya cabang ini tidak dibuka selama 24 jam. "Di Hegarmanah kami tidak 24 jam, soalnya kalau malam sepi sekali," jelas Jaja. Kemudian, cabang lainnya adalag Gembul Sukawening. Di sini Gembul melayani 24 jam karena kawasan Sukawening masih terlihat ramai meskipun sudah larut.
Biasanya, Jaja bekerja dari pukul 18.00 sampai 09.00 WIB di keesokan harinya. Ia akan digantikan oleh kawannya yang lain. Saat ini Gembul memiliki enam pegawai. Mereka bekerja sesuai gilirannya. Jika pada umumnya pada malam Minggu tempat berjualan makanan selalu ramai dikunjungi, Gembul justru merasakan kehilangan pengunjung saat malam Minggu. " Kalau malam Minggu justru sepi di sini mah, soalnya pada main ke Bandung, ada juga mungkin yang pulang ke kampung halamnnya," kata Jaja.
Selama tiga tahun bekerja, Jaja bersyukur belum pernah mendapatkan pengalaman buruk atau mengerikan selama bekerja malam hari. Duka yang ia dapat selama bekerja di Gembul, jika harus mengantarkan makanan ke kosan pada malam hari. Konsekuensi dari berjualan 24 jam dijalani oleh Jaja. Ia mau tak mau harus bisa melawan dinginnya udara malam Jatinangor. Belum lagi mencari alamat si pemesan. Namun walaupun begitu, Jaja tetap merasa senang bisa membantu melayani kebutuhan mahasiswa. Jaja sendiri memang merasa diuntungkan oleh keberadaan mahasiswa Unpad yang mejadi pelanggannya.
Selain Jaja dengan Gembulnya, ada pula Adi dengan warung bubur kacang ijo. Warung bubur kacang ijo milik Adi terletak di Jalan Ciseke, Jatinangor. Selain kacang ijo, berbagai kopi pun di sajikan di sini. Cocok sekali menjadi santapan tengah malam menemani dinginnya malam Jatinangor. Meskipun tidak sebesar Gembul, warung kacang ijo ini menjadi tempat favorit bagi mahasiswa yang senang berjalan-jalan di malam hari. "Ada mahasiswa yang sudah langganan di sini. Mungkin senang keluar malam, jadi sering mampir ke sini. Ngopi-ngopi terus makan bubur," kata Adi.
Gembul dan Warung bubur kacang ijo memberikan kemudahan bagi mahasiswa yang ingin mengisi perutnya di tengah malam dengan harga terjangkau. Namun, ada lagi sebuah rumah makan yang menawarkan fasilitas tidak hanya sekedar pelayan 24 jam, namun juga dengan fasilitas free hotspot. Cherry’s Corner CafĂ© namanya. Terletak di Jalan Raya Jatinangor, cafe ini menawarkan berbagai menu yang cukup menggoda. Jika Gembul menawarkan menu makanan dengan gaya anak kos, Cherry's Corner hadir dengan menu gaya baratnya. Spagheti, omelette, fuyunghai, sampai hot chocolate menjadi andalan kafe ini. Tempat yang nyaman membuat banyak pengunjung yang lagi-lagi kebanyakan mahasiswa berlama-lama di kafe ini. Fasilitas yag diberikan menimbulkan ketertarikan bagi pengunjung untuk mampir ke sini. Dengan koneksi internet gratis, kafe ini bisa meraup untung lebih dibandingkan dengan rumah makan lain yang melayani 24 jam. Tak heran jika kafe ini masih dipenuhi pengunjung hingga malam hari.
Jatinangor yang tidak seberapa luasnya menjadi ramai karena mahasiswa yang hijrah ke kawasan pendidikan di Jatinangor. Otomatis ini akan membawa pengaruh kepada pola kehidupan di Jatinangor. Saat ini, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 00.00, aktivitas penduduk maupun pendatang tidak berhenti. Inilah yang kemudian membangkitkan naluri berbisnis. Gembul, warung bubur kacang ijo, dan juga Cherry's Corner berhasil meramaikan kehidupan malam Jatinangor. Selain itu mereka memberikan kemudahan bagi para mahasiswa yang berkaivitas tabpa adanya batasan waktu.

0 komentar:

Posting Komentar